Pertama kali masuk langsung terlihat, terasnya yang terlihat artistik dan klasik. Bangunan ini katanya adalah bangunan asli, tidak ada tak diubah sama sekali, hanya perbaikan ringan dan perawatan saja.

Di depan teras tertulis Martha Tilaar, jika lewat sini, dan belum tahu kalo ini rumah bersejarah, pertama kali lihat langsung terbesit rumah ini klasik sekali, terlihat rumah peninggal Belanda.

Ruang pertama yang kami masuki adalah ruang tamu. Di ruang tamu ada lemari, sofa dan meja-meja serta foto-foto dahulu para pemilik rumah. Jendela kanan kiri model besar. Semua furniturenya katanya adalah barang-barang asli dari dahulu. Dari lantainya pun terlihat begitu klasik, lantai jam dahulu, dengan motif klasik, namanya jubin kalo dulu.

Dari ruang tamu kami menuju kamar-kamar utama. Dan ada lorong yang menghubungkan dua kamar utama. Sebelah kanan ada kamar pengantin, dan sebelah kiri kamar tidur utama dengan ruang kerja dan ruang santai.

Kamar tidur semua bermodel klasik, dan hampir semuanya ada seperti tempat tirai di sisi kanan kirinya. Disamping tempat tidur ada meja-meja kecil dan lemari-lemari pakaian. Hampir semua furniture terbuat dari bahan kayu.

Dari kamar-kamar menuju ke ruang belakang. Ruangannya terbuka, terang dan ada 1 set meja makan, dan 1 set kursi santai untuk duduk-duduk dan dilengkapi lemari besar.

Di depan ruang makan ada ruang terbuka dan pepohonan asri, sekarang di desain bisa untuk berfoto-foto, ada kursi dan tamanan dinding.

Ruang baca atau ruang belajar ada di bangunan sebelah kanan, di ruang belajar ada lemari dengan berbagai buku, disediakan pengelola jika ada yang ingin baca-baca buku sambil menikmati klasiknya rumah Martha Tilaar Gombong.

Di samping rumah ada kebun yang isinya berbagai tanaman-tanaman obat. Keluarga Liem, pemilik rumah ini sangat senang dengan jamu-jamuan atau tanaman obat. Mereka senang Mera ik sendiri berbagai obat-obatan.

Dengan berkunjung ke rumah Martha Tilaar kita jadi belajar sejarah, asal usulnya Martha Tilaar dari Kakek Nenek sampai buyut-buyutnya. Semua tertulis di silsilah keluarga yang tertempel di lorong dekat kamar utama.

Guide tournya dengan sabar menjelaskan setiap detai ruangan, di setiap barang hampir semuanya tertulis, misal kursi itu tidak boleh diduduki. Bapaknya sepertinya sudah sangat hafal dengan sejarahnya Martha Tilaar

Bentuk-bentuk furniture di dalam rumah Martha Tilaar bisa menjadi inspirasi kita saat ingin membuat lemari atau alat sejenisnya. Begitupun dengan bentuk bangunan, penataan ruang sertanya bisa menjadi inspirasi.

Tempat ini bisa menampung sekitar 50 an orang juga jika full, saya say kesini lumayan banyak pengunjung, mereka seperti bergantian makan, satu rombongan keluar dan satu rombangan akan datang. Pengunjung keluarga banyak yang datang ke sini, sepertinya mereka tidak hanya sekali dua kali makan disini.

Lampu-lampu hias full menambah instragamable ya ruang ini. Awalnya saya tidak tahu, begitu iseng melihat ke atas, lho kok cantik, banyak lelampuan, jika malam keren sepertinya lampunya, dengan tema remang-remang.

Di bagian depan ternyata ada bakerynya. Menjual aneka jenis roti yang. Ada tempat duduknya juga khusus untuk bakery. Untuk porsi besar atau acara khusus bisa pesen dulu mungkin.

Ini adalah tempat duduk di dekat bakery atau di depan. Jika duduk di area ini bisa melihat ke luar atau jalan raya, karena bagian depan itu full kaca. Tempat duduk sebagian besar menggunakan sofa, sepertinya paling nyaman di area ini lhoo.

Akhirnya pesanan kami datang, sengaja pilih menu yang aneh-aneh, sebetulnya kepengennya ya nasi rames saja, mumpung ke Jogja jadi cari pengalaman berbeda tapi ya tetep dilihat dari berbagai sisi.

Ini tampilan kuahnya. Direbut langsung dengan api dibawahnya. Bahan Bahakan sudah di seting akan mati sendiri, sensasi makan berbeda bagi saya yang belum pernah makan beginian.