KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM
Oleh : Yuliati M,Kes, Pend Biologi, P.MIPA, UNY
Jenis-jenis
Bahaya dalam Laboratorium
Menurut
Nuryani R (2005 : 142) jenis-jenis bahaya dalam laboratorium diantaranya adalah
;
1. Kebakaran,
sebagai akibat penggunaan bahan-bahan kimia yang mudah terbakar seperti pelarut
organik, aseton, benzene, etil alcohol, etil eter, dll.
2. Ledakan,
sebagai akibat reaksi eksplosif dari bahan-bahan reaktif seperti oksidator.
3. Keracunan
bahan kimia yang berbahaya, seperti arsen, timbal, dll.
4. Iritasi
yaitu peradangan pada kulit atau saluran pernapasan dan juga pada mata sebagai
kontak langsung dengan bahan-bahan korosif.
5. Luka
pada kulit atau mata akibat pecahan kaca, logam, kayu dll
6. Sengatan
listrik.
Pencegahan
Kecelakaan Kerja dalam Laboratorium
Menurut Moh.
Amien (1998 : 73-74), menjelaskan usaha atau tindakan pencegahan kecelakaan di
laboratorium yang paling baik adalah bersikap dan bertindak hati-hati, bekerja
dengan teliti dan tidak ceroboh serta manati segala peraturan dan tata tertib
yang berlaku. Usaha atau tindakan pencegahan kemungkinan timbulnya kecelakaan
antara lain :
1. Penyediaan
berbagai alat atau bahan yang ditempatkan di tempat yang mudah dicapai. Alat
dan bahan itu misalnya :
a. Ember
berisi pasir, untuk menanggulangi kebakaran kecil agar tidak terjadi kebakaran
yang besar.
b. Alat
pemadam kebakaran, jug selimut yang terbuat dari bahan tahan api.
c. Kotak
PPPK untuk memberikan pertolongan pertama.
2. Tidak
mengunci pintu pada waktu laboratorium sedang dipakai dan mengunci pintunya
pada waktu laboratorium tidak digunakan.
3. Pada
waktu di laboratorium tidak ada guru atau laboran, siswa tidak diperkenankan
masuk.
4. Penyimpanan
bahan-bahan yang mudah terbakar di tempat yang khusus, tidak berdekatan dengan
nyala api atau tempat yang ada percikan api listrik, misalkan pada alat yang
memakai relay atau motor listrik.
5. Penyimpanan
bahan-bahan yang tergolong racun atau berbahaya (misalnya air raksa dan bahan
kimia lain) di tempat terkunci dan aman.
6. Pengadaan
latihan-latihan cara mengatasi kebakaran secara periodik.
7. Penggunaan
tegangan listrik yangrendah saja dalam melakukan percobaan listrik misalnya 12
volt atau 15 volt.
8. Pengadaan
saklar pusat untuk lsitrik, sehingga jika diperlukan semua aliran listrik di
dalam laboratorium dapat diputuskan.
9. Penggantian
kawat sekering pengaman harus dilakukan dengan sekering yang setara.
10. Pengadaan
jaringan listrik tambahan tidak diperkenankan kecuali yang dilakukan oleh
instalator listrik dengan izin dari PLN.
Pencegahan
Kecelakaan Kerja dalam Laboratorium
Menurut Moh.
Amien (1998 : 73-74), menjelaskan usaha atau tindakan pencegahan kecelakaan di
laboratorium yang paling baik adalah bersikap dan bertindak hati-hati, bekerja
dengan teliti dan tidak ceroboh serta manati segala peraturan dan tata tertib
yang berlaku. Usaha atau tindakan pencegahan kemungkinan timbulnya kecelakaan
antara lain :
1. Penyediaan
berbagai alat atau bahan yang ditempatkan di tempat yang mudah dicapai. Alat
dan bahan itu misalnya :
a. Ember
berisi pasir, untuk menanggulangi kebakaran kecil agar tidak terjadi kebakaran
yang besar.
b. Alat
pemadam kebakaran, jug selimut yang terbuat dari bahan tahan api.
c. Kotak
PPPK untuk memberikan pertolongan pertama.
2. Tidak
mengunci pintu pada waktu laboratorium sedang dipakai dan mengunci pintunya
pada waktu laboratorium tidak digunakan.
3. Pada
waktu di laboratorium tidak ada guru atau laboran, siswa tidak diperkenankan
masuk.
4. Penyimpanan
bahan-bahan yang mudah terbakar di tempat yang khusus, tidak berdekatan dengan
nyala api atau tempat yang ada percikan api listrik, misalkan pada alat yang
memakai relay atau motor listrik.
5. Penyimpanan
bahan-bahan yang tergolong racun atau berbahaya (misalnya air raksa dan bahan
kimia lain) di tempat terkunci dan aman.
6. Pengadaan
latihan-latihan cara mengatasi kebakaran secara periodik.
7. Penggunaan
tegangan listrik yangrendah saja dalam melakukan percobaan listrik misalnya 12
volt atau 15 volt.
8. Pengadaan
saklar pusat untuk lsitrik, sehingga jika diperlukan semua aliran listrik di
dalam laboratorium dapat diputuskan.
9. Penggantian
kawat sekering pengaman harus dilakukan dengan sekering yang setara.
10. Pengadaan
jaringan listrik tambahan tidak diperkenankan kecuali yang dilakukan oleh
instalator listrik dengan izin dari PLN.
Cara
Mengidentikasi Bahaya Menggunakan Konsep “Penilaian Resiko”
Menurut
John Ridley (2008 : 47- 48), cara pencegahan bahaya menggunakan konsep
“Penilaian Resiko” bertujuan untuk menghilangkan, mengurangi, dan mengendalikan
bahaya sebelum terjadi kecelakaan yang dapat mengakibatkan cedera tubuh maupun
kerusakan fisik sarana laboratorium. Adapun langkah-langkahnya adalah sbb.:
1. Mengidentifikasi tugas dan
proses
2.Mengidentifikasi macam-macam
bahaya
3.Menghilangkan atau mengurangi
bahaya hingga minimum
4.Mengevaluasi resiko, dan
mempredeksi tingkat resiko
5.Mengembangkan strategi pencegahan
6.Melakukan pelatihan metode kerja
baru
7.Mengimplementasikan upaya
pencegahan
8.Memonitor kerja
9. Melakukan kajian ulang secara
berkala.
Inspeksi
Tingkat Masalah sesuai dengan Penilaian Faktor Resiko (John Ridley, 2006) :
1. Kondisi tempat kerja
a. Temperature
b. Penerangan
c. Kebersihan
d. Asap
& debu
e. Penataan
yang aman
2. Fasilitas kenyamanan
a. P3K
b. Toilet
c. Kantin
3. Tindakan pencegahan kebakaran
a. Alat
pemadamapi
b. Rute-rute
evakuasi
c. Alarm
api
d. Area
lokasi untuk merokok
4. Alat-alat permesinan / alat-alat listrik
a. Arus
pemutus listrik
b. Alat pengaman
mesin
c. Penggunaan
APD (Alat Pelindung Diri)
5. Akses jalan dan pintu emergency
a. Permukaan
lantai tidak licin
b. Penerangan
yang cukup
c. Pintu
mudah dibuka
d. Tangga
darurat
Pengelolaan
Limbah Laboratorium
Asal limbah dari :
1.
Bahan baku kadaluwarsa
2.
Bahan habis pakai
3.
Produk proses di
laboratorium
Klasifikasi limbah berdasarkan
sifat bahayanya :
1.
Korosif
2.
Reaktif
3.
Mudah terbakar
4.
Beracun
Tabel 1. Klasifikasi limbah
kimia berdasarkan sifat tingkat bahaya
Ringan
|
Berat
|
Sangat Beracun
|
Asam
astat
|
Aseton
|
Benzene
|
Alumunium
klorida
|
Kloro
benzene
|
Cadmium
klorida
|
Besi
klorida
|
Kobalt
nitrat
|
Kloroform
|
Magnesium
klorida
|
Tembaga
sulfat
|
Nikel
sulfat
|
Metanol
|
Timah
hitam klorida
|
Kalium
kromat
|
Cara
Pengumpulan dan Pembuangan Limbah Laboratorium
1. Limbah
dikumpulkan dan dibuang dalam wadhah terpisah menurut tipe bahan kimia.
2. Wadhah
diberi label yang tercantum macam-macam zat kimia.
3. Pengecekan
asam basa.
4. Sebelum
dikumpulkan dilakukan penetralan.
5. Pilih
wadhah yang tepat dan aman.
6. Perhatikan
sifat zat kimia yang dapat memunculkan reaksi eksothermis hingga ledakan.
Catatan :
jangan membuang limbah ke
lingkungan atau salauran air dan kelompokkan limbah sesuai klasifikasinya !
Kesehatan
di Laboratorium
Substansi
dalam berbagai bentuk dapat menimbulkan pengaruh merugikan bagi kesehatan
pengguna laboratorium. Memahami substansi-substansi tersebut dapat membantu
upaya pencegahan untuk mengurangi atau menghilangkan factor resiko. Berikut ini
akan disajikan penyebab dan gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan bagi
pengguna laboratorium.
Tabel
2. Macam-macam Material dan Gangguan Kesehatan Tubuh
No.
|
Bentuk
Material
|
Reaksi
Tubuh
|
1.
|
Debu
|
Terganggunya fungsi paru-paru (asbestosis
dan silikosis)
|
2.
|
Racun
|
Kerusakan organ pencernaan
|
3.
|
Zat pelarut
|
Iritasi lemak kulit, kerusakan sistem
syaraf, dan kerusakan organ pencernaan
|
4.
|
Korosif (asam & alkali)
|
Jaringan tubuh mengalami kerusakan
|
5.
|
Iritan
|
Iritasi kulit dan kerusakan paru-paru
|
6.
|
Karsinogen
|
Menyebabkan kanker
|
7.
|
Gas (klorin, karbon monoksida,
hydrogen solvida)
|
Mata & paru-paru rusak
|
8.
|
Logam
(timbal, mercuri, arsenik)
|
Organ pernapasan, pencernaan, dan
jaringan tubuh rusak
|
9.
|
Radiasi ionisasi
|
Sperma & sel darah putih rusak dengan
gejala mual, muntah, dan pingsan
|
10.
|
Suara bising
|
Stress dan kehilangan / penurunan
fungsi pendengaran
|
11.
|
Panas & lembab
|
Kejang, kram, dan kelelahan
|
12.
|
Mikroorganisme (virus, bakteri&
jamur)
|
Hepatitis A & B, tetanus, antraks,
laptospirosis, dan penyakit kulit
|
Daftar
Pustaka
Dwi
Tun Indayani. 2008. Pengetahuan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Guru Biologi dan Penerapannya pada Praktikum
Laboratorium di SMA Negeri Tegal. Yogyakarta : FMIPA UNY (Laporan
Penelitian)
Ismoyo
Djati. 2010. Bagaimana Mencapai Zero
Accident di Perusahaan? Jakarta : Rumah Sakit Pertamina
John Ridley. 2008. Health and Safety in Brief. England
: Elsevier Ltd
Koesmadji W. 2004. Teknik Laboratorium. Bandung : FMIPA UPI
Moh.
Amien. 1998. Buku Pedoman Laboratorium
dan Petunjuk Praktikum Pendidikan IPA. Jakarta : Depdikbud
Nuryani R. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang : Universitas Negeri
Malang
Suma’mur.
1981. Keselamatan Kerja dan pencegahan
Kecelakaan. Jakarta : PT Gunung Agung
Tjandra
Yoga Aditama dan Tri Hastuti. 2010. Kesehatan
dan Keselamatan Kerja. Jakarta : Universitas Indonesia
www.nyu.edu/ehs/waste.disposal/lab.waste.html
[diakses 14 November 2012 jam 10.10 WIB]
Bagus sekali dan sangat sangat bermanfaat...
BalasHapusditunggu postingan selanjutnya...
www.sepatusafetyonline.com
terima kasih...semoga bermanfaat
BalasHapusfollow bloger gw jga. LisaTonapa.blogspot.com
BalasHapus