Search (cari)

Follow Us @soratemplates

Rabu, 23 Oktober 2013

KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM

KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM

Oleh : Yuliati M,Kes, Pend Biologi, P.MIPA, UNY


Jenis-jenis Bahaya dalam Laboratorium
            Menurut Nuryani R (2005 : 142) jenis-jenis bahaya dalam laboratorium diantaranya adalah ;
1.      Kebakaran, sebagai akibat penggunaan bahan-bahan kimia yang mudah terbakar seperti pelarut organik, aseton, benzene, etil alcohol, etil eter, dll.
2.      Ledakan, sebagai akibat reaksi eksplosif dari bahan-bahan reaktif seperti oksidator.
3.      Keracunan bahan kimia yang berbahaya, seperti arsen, timbal, dll.
4.      Iritasi yaitu peradangan pada kulit atau saluran pernapasan dan juga pada mata sebagai kontak langsung dengan bahan-bahan korosif.
5.      Luka pada kulit atau mata akibat pecahan kaca, logam, kayu dll
6.      Sengatan listrik.

Pencegahan Kecelakaan Kerja dalam Laboratorium
Menurut Moh. Amien (1998 : 73-74), menjelaskan usaha atau tindakan pencegahan kecelakaan di laboratorium yang paling baik adalah bersikap dan bertindak hati-hati, bekerja dengan teliti dan tidak ceroboh serta manati segala peraturan dan tata tertib yang berlaku. Usaha atau tindakan pencegahan kemungkinan timbulnya kecelakaan antara lain :
1.      Penyediaan berbagai alat atau bahan yang ditempatkan di tempat yang mudah dicapai. Alat dan bahan itu misalnya :
a.       Ember berisi pasir, untuk menanggulangi kebakaran kecil agar tidak terjadi kebakaran yang besar.
b.      Alat pemadam kebakaran, jug selimut yang terbuat dari bahan tahan api.
c.       Kotak PPPK untuk memberikan pertolongan pertama.
2.      Tidak mengunci pintu pada waktu laboratorium sedang dipakai dan mengunci pintunya pada waktu laboratorium tidak digunakan.
3.      Pada waktu di laboratorium tidak ada guru atau laboran, siswa tidak diperkenankan masuk.
4.      Penyimpanan bahan-bahan yang mudah terbakar di tempat yang khusus, tidak berdekatan dengan nyala api atau tempat yang ada percikan api listrik, misalkan pada alat yang memakai relay atau motor listrik.
5.      Penyimpanan bahan-bahan yang tergolong racun atau berbahaya (misalnya air raksa dan bahan kimia lain) di tempat terkunci dan aman.
6.      Pengadaan latihan-latihan cara mengatasi kebakaran secara periodik.
7.      Penggunaan tegangan listrik yangrendah saja dalam melakukan percobaan listrik misalnya 12 volt atau 15 volt.
8.      Pengadaan saklar pusat untuk lsitrik, sehingga jika diperlukan semua aliran listrik di dalam laboratorium dapat diputuskan.
9.      Penggantian kawat sekering pengaman harus dilakukan dengan sekering yang setara.
10.  Pengadaan jaringan listrik tambahan tidak diperkenankan kecuali yang dilakukan oleh instalator listrik dengan izin dari PLN.


Pencegahan Kecelakaan Kerja dalam Laboratorium
Menurut Moh. Amien (1998 : 73-74), menjelaskan usaha atau tindakan pencegahan kecelakaan di laboratorium yang paling baik adalah bersikap dan bertindak hati-hati, bekerja dengan teliti dan tidak ceroboh serta manati segala peraturan dan tata tertib yang berlaku. Usaha atau tindakan pencegahan kemungkinan timbulnya kecelakaan antara lain :
1.      Penyediaan berbagai alat atau bahan yang ditempatkan di tempat yang mudah dicapai. Alat dan bahan itu misalnya :
a.       Ember berisi pasir, untuk menanggulangi kebakaran kecil agar tidak terjadi kebakaran yang besar.
b.      Alat pemadam kebakaran, jug selimut yang terbuat dari bahan tahan api.
c.       Kotak PPPK untuk memberikan pertolongan pertama.
2.      Tidak mengunci pintu pada waktu laboratorium sedang dipakai dan mengunci pintunya pada waktu laboratorium tidak digunakan.
3.      Pada waktu di laboratorium tidak ada guru atau laboran, siswa tidak diperkenankan masuk.
4.      Penyimpanan bahan-bahan yang mudah terbakar di tempat yang khusus, tidak berdekatan dengan nyala api atau tempat yang ada percikan api listrik, misalkan pada alat yang memakai relay atau motor listrik.
5.      Penyimpanan bahan-bahan yang tergolong racun atau berbahaya (misalnya air raksa dan bahan kimia lain) di tempat terkunci dan aman.
6.      Pengadaan latihan-latihan cara mengatasi kebakaran secara periodik.
7.      Penggunaan tegangan listrik yangrendah saja dalam melakukan percobaan listrik misalnya 12 volt atau 15 volt.
8.      Pengadaan saklar pusat untuk lsitrik, sehingga jika diperlukan semua aliran listrik di dalam laboratorium dapat diputuskan.
9.      Penggantian kawat sekering pengaman harus dilakukan dengan sekering yang setara.
10.  Pengadaan jaringan listrik tambahan tidak diperkenankan kecuali yang dilakukan oleh instalator listrik dengan izin dari PLN.


Cara Mengidentikasi Bahaya Menggunakan Konsep “Penilaian Resiko”
            Menurut John Ridley (2008 : 47- 48), cara pencegahan bahaya menggunakan konsep “Penilaian Resiko” bertujuan untuk menghilangkan, mengurangi, dan mengendalikan bahaya sebelum terjadi kecelakaan yang dapat mengakibatkan cedera tubuh maupun kerusakan fisik sarana laboratorium. Adapun langkah-langkahnya adalah sbb.:
1. Mengidentifikasi tugas dan proses
2.Mengidentifikasi macam-macam bahaya
3.Menghilangkan atau mengurangi bahaya hingga minimum
4.Mengevaluasi resiko, dan mempredeksi tingkat resiko
5.Mengembangkan strategi pencegahan
6.Melakukan pelatihan metode kerja baru
7.Mengimplementasikan upaya pencegahan
8.Memonitor kerja
9. Melakukan kajian ulang secara berkala.


Inspeksi Tingkat Masalah sesuai dengan Penilaian Faktor Resiko (John Ridley, 2006) :
1.      Kondisi tempat kerja
a.       Temperature
b.      Penerangan
c.       Kebersihan
d.      Asap & debu
e.       Penataan yang aman
2.      Fasilitas kenyamanan
a.       P3K
b.      Toilet
c.       Kantin
3.      Tindakan pencegahan kebakaran
a.       Alat pemadamapi
b.      Rute-rute evakuasi
c.       Alarm api
d.      Area lokasi untuk merokok
4.      Alat-alat permesinan / alat-alat listrik
a.       Arus pemutus listrik
b.      Alat pengaman mesin
c.       Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
5.      Akses jalan dan pintu emergency
a.       Permukaan lantai tidak licin
b.      Penerangan yang cukup
c.       Pintu mudah dibuka
d.      Tangga darurat

Pengelolaan Limbah Laboratorium
Asal limbah dari :
1.         Bahan baku kadaluwarsa
2.         Bahan habis pakai
3.         Produk proses di laboratorium
Klasifikasi limbah berdasarkan sifat bahayanya :
1.         Korosif
2.         Reaktif
3.         Mudah terbakar
4.         Beracun

Tabel 1. Klasifikasi limbah kimia berdasarkan sifat tingkat bahaya
Ringan
Berat
Sangat Beracun
Asam astat
Aseton
Benzene
Alumunium klorida
Kloro benzene
Cadmium klorida
Besi klorida
Kobalt nitrat
Kloroform
Magnesium klorida
Tembaga sulfat
Nikel sulfat
Metanol
Timah hitam klorida
Kalium kromat


Cara Pengumpulan dan Pembuangan Limbah Laboratorium
1.      Limbah dikumpulkan dan dibuang dalam wadhah terpisah menurut tipe bahan kimia.
2.      Wadhah diberi label yang tercantum macam-macam zat kimia.
3.      Pengecekan asam basa.
4.      Sebelum dikumpulkan dilakukan penetralan.
5.      Pilih wadhah yang tepat dan aman.
6.      Perhatikan sifat zat kimia yang dapat memunculkan reaksi eksothermis hingga ledakan.

Catatan :
jangan membuang limbah ke lingkungan atau salauran air dan kelompokkan limbah sesuai klasifikasinya !


Kesehatan di Laboratorium
            Substansi dalam berbagai bentuk dapat menimbulkan pengaruh merugikan bagi kesehatan pengguna laboratorium. Memahami substansi-substansi tersebut dapat membantu upaya pencegahan untuk mengurangi atau menghilangkan factor resiko. Berikut ini akan disajikan penyebab dan gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan bagi pengguna laboratorium.
Tabel 2. Macam-macam Material dan Gangguan Kesehatan Tubuh
No.
Bentuk Material
Reaksi Tubuh
1.
Debu
Terganggunya fungsi paru-paru (asbestosis dan silikosis)
2.
Racun
Kerusakan organ pencernaan
3.
Zat pelarut
Iritasi lemak kulit, kerusakan sistem syaraf, dan kerusakan organ pencernaan
4.
Korosif (asam & alkali)
Jaringan tubuh mengalami kerusakan
5.
Iritan      
Iritasi kulit dan kerusakan paru-paru
6.
Karsinogen
Menyebabkan kanker
7.
Gas (klorin, karbon monoksida, hydrogen solvida)
Mata & paru-paru rusak
8.
Logam
 (timbal, mercuri, arsenik)
Organ pernapasan, pencernaan, dan jaringan tubuh rusak
9.
Radiasi ionisasi
Sperma & sel darah putih rusak dengan gejala mual, muntah, dan pingsan
10.
Suara bising
Stress dan kehilangan / penurunan fungsi pendengaran
11.
Panas & lembab
Kejang, kram, dan kelelahan
12.
Mikroorganisme (virus, bakteri& jamur)
Hepatitis A & B, tetanus, antraks, laptospirosis, dan penyakit kulit



Daftar Pustaka

Dwi Tun Indayani. 2008. Pengetahuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Guru Biologi dan Penerapannya pada Praktikum Laboratorium di SMA Negeri Tegal. Yogyakarta : FMIPA UNY (Laporan Penelitian)

Ismoyo Djati. 2010. Bagaimana Mencapai Zero Accident di Perusahaan? Jakarta : Rumah Sakit Pertamina

John Ridley. 2008. Health and Safety  in Brief. England : Elsevier Ltd

Koesmadji W. 2004. Teknik Laboratorium. Bandung : FMIPA UPI

Moh. Amien. 1998. Buku Pedoman Laboratorium dan Petunjuk Praktikum Pendidikan IPA. Jakarta : Depdikbud

Nuryani R. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang : Universitas Negeri Malang

Suma’mur. 1981. Keselamatan Kerja dan pencegahan Kecelakaan. Jakarta : PT Gunung Agung

Tjandra Yoga Aditama dan Tri Hastuti. 2010. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : Universitas Indonesia

www.nyu.edu/ehs/waste.disposal/lab.waste.html [diakses 14 November 2012 jam 10.10 WIB]










































3 komentar:

  1. Bagus sekali dan sangat sangat bermanfaat...
    ditunggu postingan selanjutnya...

    www.sepatusafetyonline.com

    BalasHapus
  2. follow bloger gw jga. LisaTonapa.blogspot.com

    BalasHapus