Hiiih jorok banget sih!
Hmm kenapa sih itu barang ada di situ!
Huuuf di mana sih seragamku!
Dan berujung dengan emosi serta muka judes keluar
Setiap hari begitu? Iya hampir
Cari seragam tidak ketemu-ketemu, mau berangkat kerja jadi emosi, terkadang emosinya itu terbawa sampai tempat kerja gara-gara di pagi hari cari seragam tidak ketemu-temu.
Bagaimana ini ya Allah, mengapa bisa begitu? Apa memang sudah bawaan dari sananya? Bagaimana kalo digasikin saja bangunnya supaya tambah waktu buat memilah baju dan beberes barang? Dengan begitu mungkin jadi lebih terkontrol emosinya. Ok, bertekad bangun lebih awal. Apa benar itu solusi?
Setahun, dua tahun, tiga tahun berjalan, mengapa jadi berputar dengan hal yang sama, emosi di pagi hari karena berbenah, memilih baju, bingung mencari barang. Sampai kapan ?
Sampai mendapat hidayah, beneran hidayah ya bukan bercanda, ya saya anggap hidayah karena benar-benar seperti mendapat jalan tol kebaikan. Kebaikan-kebaikan dari banyak kekurangan- kekurangan sebelumnya. Setelah hidayah datang selanjutnya adalah proses, segalanya memang butuh proses termasuk berbenah, tidak langsung bisa terpatri di dalam jiwa ini untuk selalu berbenah. Butuh pembiasaan yang tidak sebentar.
Selain itu menurut saya orang tua dan didikannya sangat berpengaruh juga terhadap jiwa berbenah seseorang. Ibu saya termasuk orang yang suka berbenah, sejak kecil saya terbiasa melihat beliau berbenah. Walaupun tidak membantu hanya melihat saja, hal itu menumbuhkan benih berbenah dalam diri seseorang, ya setidaknya ada bayangan berbenah itu seperti apa sih.
Bagaimana sih jika kita sudah mendapat hidayah dan terbiasa berbenah ?
Risih lihat barang tidak pada tempatnya
Di mana pun ada barang berantakan hati ini seperti tergerak ingin merapikan dan membuang yang tidak terpakai. Jiwa berbenahku meronta-ronta, ingin memindah ke sana dan ke sini tapi ya apa sopan, itu barang punya orang lain, hanya berdoa semoga dia segera mendapat hidayah.
Mau membeli barang mikir seribu kali
Membeli segala sesuatu itu mikir keras, terutama jika bentuknya barang untuk diri sendiri. Beda lagi jika niat belinya untuk orang lain. Terkadang saya beli untuk orang lain atau keluarga itu lebih semangat dari pada beli untuk diri sendiri.
Nanti nambah sesak lemari tidak ya?
Nanti terpakai tidak ya?
Nanti uangnya bisa dipakai untuk yang lain aja tidak ya?
Senang bongkar-bongkar lemari
Melihat lemari sendiri berantakan, seperti ingin mengambil kardus dan menyortir pakaian, mana yang layak dipakai mana yang harus disingkirkan.
Ada kresek selalu ingin berbenah
Langkah pertama berbenah bagi saya siapkan kresek besar, semakin besar kresek semakin maximal barang yang akan disortir. Jadi jika ingin dapat hasil sortiran maximal maka pakailah kresek yang besar.
Ada baju anak tidak terpakai langsung diberikan orang
Merasa ada baju yang tidak terpakai atau sudah tidak nyaman, baik dari bentuk, warna atau model bisa langsung diberikan ke orang lain. Bisa saja mereka sangat membutuhkan tapi di kita tidak terpakai.
Lihat kulkas kotor ingin merapikan
Kulkas harus tertata rapi, dari isinya, warna wadahnya dan ukurannya, itu kalau saya ya. tiap orang standar menata kulkas berbeda-beda semestinya.
Di rumah orang risih lihat berantakan
Ada istilah jika masuk ke rumah orang dalam keadaan buta dan keluar rumah orang dalam keadaan bisu. Memang benar menurut saya, masuk ke rumah orang jika rumah itu berantakan rasanya risih sekali, ingin membantu berbenah dengan suka rela.
Di tempat makan ingin ikut membantu berbenah
Makan di restoran dan sejenisnya tentu akan dilayani oleh pelayannya. Jika sudah selesai jiwa berbenah pun akan meronta-ronta menumpuk alat sesuai dengan jenisnya, piring dengan piring, besar di bawah kecil di atas. Selain jadi sedap dipandang, juga sedikit membantu mas-mas karyawan restorannya.
Kaos seragam suami masih kepakai ikut kesortir
Akan ada suatu hari suami atau anak mencari baju mereka,
“Ibu bajuku yang ini dimana ya?
“Kaosku itu di sebelah mana ya?
Akupun terkadang ikut mikir juga dan mencari-cari tapi setelah diingat-ingat ternyata ikut kesortir. Bajunya sudah kurang bagus tapi ternyata baju seragam komunitas yang masih dipakai meskipun jarang sekali.
Geser sama geser sini, capek lemarinya
Tim suka berbenah saya yakin juga bakal suka pindah posisi barang, entah itu kamar, ruang tamu, ruang makan dan lain-lain. Lemari tadinya di pojok kanan pindah ke pojok kiri, meja tadinya di depan pindah ke belakang begitu aja terus, bisa bertahan lama posisinya bisa juga selang beberapa bulan bakal geser lagi. Kalo kata suamiku jika lemari dan meja bisa ngomong, mereka bakal mengeluh capek digeser-geser terus. Ada yang sama?
Beneran deh, posisi baru itu bikin suasana dan hati yang lebih fresh.
Tidur, kasur harus bersih, tidak ada barang sedikit pun kecuali bantal guling
Tempat tidur harus rapi, simetris kanan kiri, tidak bergelombang dan tentunya harus bersih dari debu, harus ditebahi jika mau memakai. Tapi bersih itu bukan berarti mewah ya, terkadang saya berpikir “bisa ya tidur dengan kasur berantakan, bantal guling tidak diberi sarung, tidak pakai sprei dan itu punya tapi ya karena jiwa ya jadi tetap saja nyaman”
File harus tertata rapi
File-file di HP, laptop dan komputer tempat kerja ingin ditata rapi sesuai dengan jenis dan golongannya supaya mempermudah ketika akan dipakai, dicarinya juga mudah, folder file rapi. Jika ada orang lain yang mencari atau membutuhkan kita bisa dengan mudah memberi petunjuk pencarian.
Tempat Kerja Pasti Rapi
Terbawa suasana berbenah di mana pun, bisa dilihat di tempat kerja juga. Meja kerja, ruangan dan tempat yang digunakan untuk bekerja juga pasti rapi, kerja dimanapun itu, di kantor, sekolahan, toko, pasar, perusahaan pasti selalu ingin berbenah.
Baju dulu tiga lemari sekarang tinggal satu lemari
“Bisa ya di kamar tadinya ada tiga lemari, sekarang tinggal satu lemari saja, terus di mana lemari dan isinya berada?”
Lemari digeser ke luar kamar sedangkan isinya disumbangkan ke orang yang membutuhkan. Sekarang satu lemari untuk barengan saya dan suami, dan itu pun dirasa masih terlalu banyak.
Ingin Merapikan Meja Kerja Orang
Hal yang belum tentu baik ya, terkadang main ke meja kerja orang. Lihat yang berantakan, tangan otomatis ikut berbenah, geser sama geser sini. Ijin dulu tentunya kalo akan melakukan hal ini, walaupun kadang dengan senang hati yang punya meja.
Senang Melihat Rumah Yang Lega
Dahulu senang dengan pernak-pernik, rumah penuh warna-warni, sekarang jadi senang rumah yang lega, lapang dan terang. Barang sebutuhnya saja, ingin rasanya mengurangi barang lagi dan lagi.
Berbenah Barang lanjut Berbenah Uang, Waktu, Hati dan Otak
Orang yang suka berbenah barang, saya yakin dia bakalan suka berbenah uang, waktu dan juga hati. Barang saja selalu dibenahi apa lagi manusianya? dari uang yang dia miliki, pengelolaan waktunya dan tentu juga dengan hatinya. Lho kok bisa?
Berbenah barang adalah langkah awal untuk berbenah yang lain. Barang sedikit tentu pengeluaran uang juga ikut dibenahi, hatinya tidak dikuasai barang, begitupun dengan pola pikirnya.
Percaya Diri Dengan Fashion Itu-Itu Saja
Saya pernah bangga, bukan bangga ya tapi lebih ke senang membeli baju ini baju itu. Model itu belum punya beli, model ini belum punya beli. Begitupun warna, hampir semua warna dibeli, terutama kerudung, semua warna pelangi dimiliki. Baju di lemari penuh, berderet warna warni pakaian dengan berbagai model, tapi kalau mau pergi bilangnya ga punya baju, biasa kaum hawa.
Oh no, sekarang berubah pola pikir
Dimulai dari lemari yang hanya satu barengan sama suami
Baju yang butuh-butuh saja, utamakan kenyamanan bukan penampilan.
Membeli baju dan kerudung hanya yang sekiranya cocok di badan dari warna dan kenyamannya, warna baju di lemari warnanya sekarang itu-itu saja
Bahkan ada rasa bangga dengan keminimalisan yang dimiliki sekarang dan menjadi Buta (Brutal Urusan Tatanan.)
Menjadi Donatur Rutin Pakaian Pantas Pakai
Dan inilah hal yang paling wow dari hidayah yang saya dapat. Pertama kali saya menyortir pakaian dan saat itu ada acara umum yang menerima pakaian pantas pakai. Selama ini bingung pakaian pantas pakai ini disalurkan kemana, sedikit mendapat jawaban bahwa pakaian kami disalurkan ke acara tersebut. Bagaimana perasaan setelah menyalurkan pakaian tersebut? Jawabannya adalah ketagihan, iya saya ketagihan, insyaallah setiap tahun saya bisa memberikan bantuan pakaian layak pakai dan bahkan pakaian baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar